Belajar Menjadi Pemimpin
*) Oleh: Nur Wahid
Apa dan Siapa itu pemimpin? Secara sederhana, kita dapat mengatakan bahwa pemimpin itu adalah orang yang memiliki kekuasaan. Bisa berupa pejabat di pemerintahan, penguasa, hingga pemimpin lokal di sebuah daerah tertentu.
Dari semua orang-orang tersebut, masihkah kita dapat bertemu dengan sosok “pemimpin” ideal? Sekalipun tidak ideal, masihkah kita dapat menemukan pemimpin yang real?
Pemimpin Ideal & Real
Pemimpin ideal adalah dia yang dapat menjalankan amanah dengan sepenuh tenaga untuk tidak tidak menyengsarakan dan menyia-nyiakan orang-orang yang dipimpinnya. Dengan kata lain, pemimpin ideal adalah dia yang tidak mementingkan dirinya sendiri. Ia memegang teguh prinsip dan kaidah etika-moral yang agung.
Sedangkan pemimpin real, adalah dia yang dapat melihat problem realistis khalayak yang dipimpinnya, lalu ia pun dapat menyelesaikan masalah-masalah itu. Misalnya, saat ia melihat harga sembako yang sangat mahal, maka ia pun paham kalau rakyat pasti susah. Karena itu, sebagai pemimpin real, ia pun berusaha untuk menyelesaikan itu semua.
Nah, apakah kita sudah menemukan pemimpin ideal dan real saat ini? Berdasarkan dua kriteria di atas, mungkin saat ini kita belum menemukannya. Karena saat ini sebagai orang yang dipimpin, mungkin sebagian besar kita yang tergolong wong cilik ini sangat tersulitkan oleh kebijakan dan realitas sosial-ekonomi-politik yang terjadi.
Inilah yang kemudian membuat kita “ragu” terhadap para sosok pemimpin negeri ini yang kita pilih secara sadar, dengan visi misi yang telah dijanjikan pada waktu kampanye. Bisa jadi, itu semua hanya sekedar janji yang sengaja diucapkan sebagai cara untuk meraih kekuasaan.
Kita tidak dapat menelusuri itu, walaupun dapat untuk apa? Toh masih saja demikian. Nyatanya, keadaan real sekarang menunjukkan peran seorang “pemimpin” masih jauh dari harapan. Harapan untuk kehidupan yang lebih baik dan masa depan yang lebih baik lagi. Mudah-mudahan itu tidak hanya sekedar impian kita semata.
Setiap Orang Adalah Pemimpin
Kini banyak orang bertanya, apakah masih ada sosok seorang pemimpin yang benar-benar pemimpin yang mampu memahami rakyat yang dipimpinnya? Adakah potensi diri kita untuk menjadi seorang pemimpin? Pertanyaaan ini mungkin mudah dicari jawabannya, tetapi tidak mudah untuk memahami dan melaksanakannya.
Menjadi pemimpin bukan hanya sekedar sebagai wacana belaka, akan tetapi bentuk konkritnya harus nyata. Masyarakat membutuhkan jalan keluar untuk terus hidup. Inilah yang kemudian membuat kita mempertanyakan tentang kedirian seorang pemimpin negeri ini dalam memahami permasalahan rakyat yang dipimpinnya.
Semua orang punya potensi untuk menjadi apa saja, termasuk menjadi seorang pemimpin, sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Kemampuan dalam diri seseorang dapat menjadikan kekuatan untuk melakukan tindakan nyata tanpa banyak bicara.
Kita dapat memahami bahwa setiap orang dapat melakukan perubahan dalam kehidupan atau paling tidak terhadap dirinya sendiri dengan potensi-potensinya. Karena di dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang memiliki status dan peran yang dijalaninya. Bila seseorang mengetahui statusnya dan mengerti tentang peran yang harus dilakukan, dan akan berlanjut kepada fungsi sosialnya.
Bagaimana seseorang itu dapat menyadarinya peran, status, dan fungsi sosialnya? Salah satu jawabannya adalah bahwa setiap orang itu mesti harus menuju ke jalan untuk menjadi orang yang tercerahkan.
Menjadi orang yang tercerahkan itu dapat diperoleh melalui usaha sendiri maupun berkat atas kehendak Allah. Sebagai seorang khalifah di bumi ini, kita haruslah mampu melihat itu.
Manusia sebagai khalifah di muka bumi ini merupakan cerminan dari potensi tersebut. Besar kecilnya potensi itu akan berakibat kepada sejauhmana manusia itu dapat menjadi khalifah. Tidak menutup kemungkinan kita dapat mengembangkan potensi diri, sebagai kekuatan mengahadapi kehidupan.
Dengan demikian kedirian manusia sebagai pemimpin sangat terkait dengan bagaimana menggunakan potensi yang ada. Barulah kemudian kita mampu menjadi seorang pemimpin bagi diri sendiri maupun dalam wilayah yang lebih besar.
Tapi ingat, ada konsekuensi yang harus kita terima, yaitu salah satunya adalah berupa tanggung jawab. Tanggung jawab disini tidak hanya berhenti pada bentuk laporan maupun pada masyarakat yang dipimpinnya (tanggung jawab horizontal), tapi juga kepada Tuhan (tanggung jawab vertikal).
Sebagai bagian terakhir dari tulisan ini, banyak yang harus kita lakukan untuk menjadi seorang pemimpin. Keinginan yang kuat untuk memenuhinya yang bersifat mendalam harus dicari keberadaannya dan setelah itu baru dilaksanakan sesuai dengan semangat sebagai khalifatullah. Meskipun sulit untuk mewujudkan itu, paling tidak ada usaha untuk melakukan usaha yang mengarah ke sana.
*) Oleh: Nur Wahid
Mahasiswa Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah kami saran dan kritik yang membangun demi kemajuan umat