Jumat, Februari 01, 2008

Hari Ibu

Hari Ibu: Renungan Untuk Semua
*) Oleh: S. Roudlotul Jannah Ulfa

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu
(QS: 31: 14)

Sosok ibu hanya pantas ditempatkan dalam mihrab kehormatan. Sosok ibu disebut sebagai pemilik surga yang terletak di bawah telapak kakinya. Membentak ibu adalah amal beresiko tinggi, dan mendurhakai orangtua adalah sikap yang keliru.
Telah banyak cerita rakyat yang menunjukkannya. Ada kisah Malin Kundang yang dikutuk jadi batu, ada kisah Sampuraga yang terbenam dalam banjir ASI, dan ada Sangkuriang yang tertimbun perahu.
Begitu mulianya sosok Ibu, hingga setiap tanggal 22 Desember, di Indonesia selalu diperingati sebagai Hari Ibu. Kita tahu betapa istimewanya hari Ibu ini, karena selama bertahun-tahun kita menghidupi Indonesia ini, tidak ada setanggal pun yang disisakan di sana untuk diperingati sebagai Hari Ayah. Uniknya, para Ayah pun tidak pernah protes. Itulah keramat dan berkahnya Ibu!

Hari Ibu Bukan Mother's Day
Hari Ibu sering disamakan dengan Mothers Day yang ada di Eropa. Padahal, jika ditilik ulang secara historis, Mother's Day itu berbeda dengan Hari Ibu. Mothers Day merupakan sejarah yang diadopsi dari mitologi Yunani, yakni sebagai hari yang digunakan untuk menyembah Dewi Rhea, ibu dari semua dewa. Saat itu, Mothers Day diperingati pada minggu kedua di setiap bulan Maret. Tradisi ini diikuti lebih dari 78 negara di dunia.
Sedangkan Hari Ibu di Indonesia, berakar dari sejak dimulainya pertemuan para perempuan yang merupakan perwakilan dari organisasi sosial yang ada pada waktu itu, yang diadakan di Yogyakarta pada tahun 1928. Tempat pertemuan itu kelak dinamakan Mandala Bakti Wanitatama, yang terletak di Jln. Solo, Yogyakarta. Setelah itu, kita pun mengenal apa yang kita sebut sebagai Hari Ibu hingga saat ini.

Pengabdian Kedua
Ada sebuah opini yang mengatakan kalau peringatan Hari Ibu adalah hal yang berlebihan karena menjadikan pemeringatnya sebagai orang yang ”menyembah” Ibu. Namun, anggapan ini jelas keliru. Karena Hari Ibu bukan diperingati sebagai hari untuk menyembah Ibu. Melainkan untuk menghormati Ibu.
Karena sudah selayaknya jiwa, raga, dan pengabdian kita sebagai manusia hanya diberikan untuk Allah SWT semata. Namun, kita pun harus sadar, kalau Allah juga memerintahkan kita untuk selalu berbuat baik pada orangtua kita sebagaimana ayat yang saya kutip di atas. Ternyata, di antara kedua orangtua, Ibu-lah yang terutama.
Setiap Allah berfirman untuk selalu berbuat baik kepada kedua orangtua, selalu di ayat itu disertakan ayat untuk tidak menyekutukan-Nya. Kemudian baru diikuti oleh perintah untuk selalu berbuat baik kepada kedua orangtua.
Mengapa Ibu? Karena dalam ayat yang menganjurkan penghormatan orangtua, kata dan kalimat dalam ayat itu menggambarkan perjuangan Ibu yang sangat besar. Mulai dari mengandung seonggok janin selama 9 bulan 10 hari, melahirkannya, menyusui tanpa lelah serta menyapihnya, hingga membesarkannya.
Itu baru apa yang ada di dalam ayat. Belum lagi apa yang kita alami sehari-hari. Misalnya, Ibu akan selalu terbangun saat mendengar tangisan kita di tengah malam tanpa menghiraukan rasa kantuk. Ibu juga yang memasak makanan untuk kita, mencuci pakaian, dan lain sebagainya. Itulah pertaruhan nyawa seorang Ibu. Maka durhaka kepada kedua orangtua terutama Ibu, adalah dosa terbesar setelah syirik.
Tidak heran jika Rasulullah SAW bersabda, dari Abu Hurairah RA berkata: datang seorang sahabat kepada Rasulullah SAW kemudian dia berkata: wahai Rasulullah! Siapakah yang harus saya hormati di dunia ini? Rasulullah menjawab; Ibumu. Kemudian siapa lagi wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab; Ibumu. Kemudian siapa lagi wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab; Ibumu. Kemudian siapa lagi wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab; Ayahmu (HR.Bukhori)
Namun, kita sebagai anaknya kadang lalai akan semuanya, sehingga setelah dewasa kita lebih memilih untuk menyayangi anak, istri, pacar, atau suami kita. Mungkin, jangan-jangan kita juga lupa untuk sekedar mendo'akan orangtua kita. Mudah-mudahan tidak!

Dunia Ibu, Dunia Perempuan
Ibu adalah makhluk berjenis kelamin perempuan. Karenanya, dunia Ibu adalah dunia kaum perempuan. Maka, janganlah kita lupa bahwa di Hari Ibu, haruslah kita renungkan apa yang terjadi di dalam dunia perempuan. Kerap kita melihat dunia kaum perempuan saat ini amat sepi dari penghormatan dan kasih sayang.
Banyak sekali di antara masyarakat kita yang masih beranggapan bahwa dunia perempuan itu hanya berkisar di sekitar dapur, sumur, dan kasur. Seolah-olah perempuan itu tidak boleh tampil keluar dari dunianya, sambil tetap berada di dalamnya.
Selain itu, kalau kita amati peristiwa akhir-akhir ini, kaum perempuan acapkali berada dalam posisi yang dirugikan. Ada yang menjadi korban perdagangan (trafficking), korban kekerasan dalam rumah tangga, korban ”tusuk”-hamil-lari (baca: diperawani lalu ditinggal!), objek cinta ”coba-coba” para lelaki, (di)jadi(kan) TKW ilegal, hingga menjadi objek iklan komersial yang memamerkan bagian tubuhnya yang sensitif.
Apa yang ada di dalam benak kita saat melihat realitas itu? Marilah kita sadari bahwa semua itu merupakan cerminan bagi tatanan sosial kita yang belum menyediakan penghormatan yang agung terhadap kaum perempuan alias kaum Ibu.
Sadarlah! Bahwa perempuan adalah (calon) Ibu yang melahirkan semua jenis kelamin. Tidak hanya lak-laki. Tapi semua! Dan, ingatlah, bahwa semua orang sama di mata Allah SWT. Maka perempuan atau kaum Ibu haruslah kita pandang tanpa melihat jenis kelaminnya, suku, nasab, atau hartanya.
Sadarlah! Bahwa Islam sedari awal datang untuk mengangkat martabat perempuan yang pada zaman jahiliah, hanya dijadikan sebagai barang dagangan dan tidak diakui perannya.
Maka, jika Anda memperdagangkan perempuan, menyiksanya, tidak memberikannya peran, serta merugikannya, maka itu artinya Anda telah berbuat durhaka pada (kaum) Ibu (Anda). Itulah perbuatan orang Jahiliyah!
Kepada kaum Ibu: janganlah engkau mau kalau kau ditipu cinta para lelaki, dikerasi, dibayar untuk menjadi bintang iklan –yang sebenarnya engkau telah– (di)komersial(isasi), dijual, atau dirayu untuk menjadi TKW ilegal!
Jangan dilawan! Tetapi, berikanlah penerangan kepada semuanya dengan kelembutanmu, bahwa perempuan adalah makhluk yang harus dihormati dalam kesetaraan di dalam kehidupan ini. Dan, itu diperintahkan di dalam semua Kitab Suci! Wallahu a'lam.

*) S. Roudlotul Jannah
Penulis adalah Aktivis Center for Emansipatorial Women (CEWe’) Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah kami saran dan kritik yang membangun demi kemajuan umat